GuidePedia

0

Anies Baswedan Anies Baswedan


[JAKARTA] Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan mengatakan, keputusan terkait pembenahan K-13 ibarat "maju kena mundur kena".

Di satu sisi, penghentian K-13 tidak dimungkinkan karena sudah ada siswa yang menjalankan kurikulum tersebut sampai tiga semester. Tapi di sisi lain, implementasi K-13 sangat dipaksakan sehingga banyak kekurangan di sana sini.

"Ini menghentikan (kurikulum) sebenarnya. Anak-anak yang sudah jalan tiga semester ada penyesuaian. Kalau mereka berhenti sama sekali, tapi sudah separuh perjalanan. Ini maju kena mundur kena. Saya pilih maju," ujar Anies saat ditemui di kantin karyawan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Jumat (5/12).

Anies menambahkan persoalan lain yang muncul adalah terkait buku K-13. Buku K-13 saat ini sudah selesai dicetak dan sedang dalam tahap pendistribusian ke semua sekolah.

Menurutnya, persoalan itu terjadi karena pemaksaan pelaksanaan K-13 oleh pemerintah sebelumnya. Akibatnya, situasi menjadi dilematis yaitu apakah buku tetap saja dipakai karena sudah terlanjur dicetak, namun di sisi lain anak-anak akan menjadi korban.

Anies mengatakan, siang sampai sore ini, dirinya akan membahas terkait buku K-13 yang sudah dicetak dengan semua direktur di Kemdikbud, mulai dari tingkat SD, SMP, dan SMA/SMK.

"Disitu dilema tidak perlu. Demi sudah dicetak kita pakai saja, anak-anak kita suruh jadi korban atau anak-anak kita diselamatkan tapi buku sudah terlanjur dicetak. Bisa saja buku dipakai tahun depan," kata Anies.

Penggagas Indonesia Mengajar itu menambahkan penerapan dua kurikulum di satu negara sebenarnya tidak masalah. Indonesia juga pernah menerapkan dua kurikulum sekaligus tahun 2004 saat transisi ke kurikulum baru.

"Yang penting ini adalah sesuatu yang terkontrol dan diketahui jadi bisa dimonitor. Yang penting ujungnya adalah perbaikan kurikulum," ucap Anies. [C-5/L-8]/sumber:beritasatu

Posting Komentar

Printfriendly

 
Top