[JAKARTA]
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan
mengatakan, keputusan terkait pembenahan K-13 ibarat "maju kena
mundur kena".
Di
satu sisi, penghentian K-13 tidak dimungkinkan karena sudah ada siswa
yang menjalankan kurikulum tersebut sampai tiga semester. Tapi di
sisi lain, implementasi K-13 sangat dipaksakan sehingga banyak
kekurangan di sana sini.
"Ini
menghentikan (kurikulum) sebenarnya. Anak-anak yang sudah jalan tiga
semester ada penyesuaian. Kalau mereka berhenti sama sekali, tapi
sudah separuh perjalanan. Ini maju kena mundur kena. Saya pilih
maju," ujar Anies saat ditemui di kantin karyawan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Jumat (5/12).
Anies
menambahkan persoalan lain yang muncul adalah terkait buku K-13. Buku
K-13 saat ini sudah selesai dicetak dan sedang dalam tahap
pendistribusian ke semua sekolah.
Menurutnya,
persoalan itu terjadi karena pemaksaan pelaksanaan K-13 oleh
pemerintah sebelumnya. Akibatnya, situasi menjadi dilematis yaitu
apakah buku tetap saja dipakai karena sudah terlanjur dicetak, namun
di sisi lain anak-anak akan menjadi korban.
Anies
mengatakan, siang sampai sore ini, dirinya akan membahas terkait buku
K-13 yang sudah dicetak dengan semua direktur di Kemdikbud, mulai
dari tingkat SD, SMP, dan SMA/SMK.
"Disitu
dilema tidak perlu. Demi sudah dicetak kita pakai saja, anak-anak
kita suruh jadi korban atau anak-anak kita diselamatkan tapi buku
sudah terlanjur dicetak. Bisa saja buku dipakai tahun depan,"
kata Anies.
Penggagas
Indonesia Mengajar itu menambahkan penerapan dua kurikulum di satu
negara sebenarnya tidak masalah. Indonesia juga pernah menerapkan dua
kurikulum sekaligus tahun 2004 saat transisi ke kurikulum baru.
"Yang
penting ini adalah sesuatu yang terkontrol dan diketahui jadi bisa
dimonitor. Yang penting ujungnya adalah perbaikan kurikulum,"
ucap Anies. [C-5/L-8]/sumber:beritasatu
Posting Komentar