Pergantian Siang dan Malam adalah Tanda Kebesaran Allah
Allah mempergantikan malam dan siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran yang besar bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan.
Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur.
Matahari dan bulan bergantian berjaga pada waktu siang dan malam tanpa kenal lelah.
Pergantian Siang Malam Pertanda Urgensi Waktu Dalam Diri Tiap Muslim
Waktu adalah nikmat Allah yang sangat agung. Dengannya manusia beraktifitas dalam semua dimensi. “dan Kami jadikan malam sebagai pakaian, (10) dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan, (11)” (QS. An Naba’)
Waktu saling berkejaran. Hanya seorang cerdas yang dapat memanfaatkan dengan baik.
"Ada 2 jenis nikmat yang dilupakan oleh kebanyakan manusia,yaitu kesehatan dan masa lapang“(HR. Bukhori)
Islam sangat memperhatikan masalah waktu. Dalam banyak surat dalam Al Qur’an, Allah bersumpah dengan waktu. Lihat Surat Adh Dhuha, Al Fajr, Al Ashr, Al Lail. Semua di awali dengan sumpah Allah dengan menggunakan waktu. Ketika sesuatau digunakan Allah untuk bersumpah, maka hal tsb merupakan keagungan tersendiri.
Menyambut Tahun Baru 1440 H
Tafakkur ttg sejarah bermulanya tahun baru dalam Islam. Pada kholifah siapa diberlakukan ?. Atas pijakan apa yang beliau pakai ?. Apa Hikmah dibaliknya ?
Penggunaan sistem perhitungan Islam belum dilakukan di masa Rasulullah SAW masih hidup. Juga tidak dilakukan di masa khalifah pertama, Abu Bakar Ash-Shiddiq ra. Secara singkat sejarah digunakannya sistem perhitungan tahun Islam bermula sejak kejadian di masa Umar bin Al-Khattab ra. Salah satu riwayat menyebutkan yaitu ketika khalifah mendapat surat balasan yang mengkritik bahwa suratnya terdahulu dikirim tanpa angka tahun. Beliau lalu bermusyawarah dengan para shahabat dan singkat kata, mereka pun berijma’ untuk menjadikan momentum tahun di mana terjadi peristiwa hijrah nabi sebagai awal mula perhitungan tahun dalam Islam.
sistem kalender qamariyah berdasarkan peredaran bulan konon sudah dikenal oleh bangsa Arab sejak lama. Demikian juga nama-nama bulannya serta jumlahnya yang 12 bulan dalam setahun. Bahkan mereka sudah menggunakan bulan Muharram sebagai bulan pertama dan Zulhijjah sebagai bulan ke-12 sebelum masa kenabian.
dijadikan titik acuan hanyalah tahun dimana terjadi peristiwa hijrah Nabi SAW. Bukan bulan dimana peristiwa hijrahnya terjadi. Sebab menurut riwayat, beliau dan Abu Bakar hijrah ke Madinah pada bulan Sya’ban, atau bulan Rabiul Awwal menurut pendapat yang lain, tapi yang pasti bukan di bulan Muharram. Namun bulan pertama dalam kalender Islam tetap bulan Muharram.
Menyambut Tahun Baru 1440 H
(Kesatu)
•Kenapa peristiwa hijrah yang dijadikan titik mula kalender Islam ?. Mengapa bukan periswa bersejarah lain ?
•Mengapa bukan berdasarkan tahun kelahiran Nabi SAW? Mengapa bukan berdasarkan tahun beliau diangkat menjadi Nabi? Mengapa bukan berdasarkan tahun Al-Qur’an turun pertama kali? Mengapa bukan berdasarkan tahun terjadinya perang Badar? Mengapa bukan berdasarkan tahun terjadinya pembebasan kota Mekkah? Mengapa bukan berdasarkan tahun terjadinya haji Wada’ (perpisahan) dan mengapa bukan berdasarkan tahun meninggalnya Rasulullah SAW?
•Beberapa sebabnya :
1. peristiwa hijrah itu menjadi momentum di mana umat Islam secara resmi menjadi sebuah badan hukum yang berdaulat, diakui keberadaannya secara hukum international. Sejak peristiwa hijrah itulah umat Islam punya sistem undang-undang formal, punya pemerintahan resmi dan punya jati diri sebagai sebuah negara yang berdaulat.
2. perisitwa hijrah Rasululah dan para sahabatnya dari Makkah ke Madinah merupakan tonggak sejarah yang monumental dan memiliki makna yang sangat berarti bagi setiap muslim, karena hijrah merupakan tonggak kebangkitan Islam yang semula diliputi suasana dan situasi yang tidak kondusif di Makkah menuju suasana yang prospektif di Madinah.
3. Hijrah mengandung semangat perjuangan tanpa putus asa dan rasa opimisme yang tinggi, yaitu semangat berhijrah dari hal-hal yang buruk kepada yang baik, dan hijrah dari hal-hal yang baik ke yang lebih baik.
Menyambut Tahun Baru 1440 H
(Kedua)
•Menjadikan momen Hijrah, sebagai momen perubahan ke arah perbaikan. Musim dan zaman terus berubah. Model baju atau potongan rambut pun selalu berubah dari waktu ke waktu. Life style pun sadar atau tidak, terus berubah.
•Bagaimana dengan kita ?
•Ibarat air, jika ia tidak bergerak, apa yang terjadi ?. Ibarat tumbuhan, jika tidak tumbuh, maka tentu artinya ia mati. Manusia pun jika tidak tumbuh, maka kehidupan tidak dapat berlangsung seimbang.
•Mari kita jadikan tahun baru hijriyah tahun ini sebagai momentum untuk berubah. Mereka yang sebelumnya suka melakukan koprupsi berubah menjadi tak lagi korupsi, mereka yang sebelumnya malas berubah menjadi rajin, yang sebelumnya suka berbuat curang, berubah menjadi jujur. Banyak perubahan lainnya yang bisa kita lakukan untuk menjadi lebih baik dan menjadi yang terbaik.
Menyambut Tahun Baru 1440 H
(Ketiga)
•Bermuhasabah diri. Muhasabah : evaluasi, menghitung diri.
•Urgensi Muhasabah :
1. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al Hasyr : 18)
Ibnu Katsir menafsirkan “hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya” dengan makna : “Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab, lihatlah apa yang kalian sudah tabung untuk diri kalian dari amalan sholih sebagai bekal hari kembali dan hari berhadahapan dengan Tuhan kalian. Dan ketahuilah bahwa Dia MahaTahu dengan semua amalan kalian, tiada sesuatu yang tersembunyi bagi Allah”.
2. Umar Bin Khotob berkata : “: "Hisablah diri kalian (di dunia) sebelum kalian di hisab nanti (di hari akhir), dan timbanglah diri kalian sebelum kalian di timbang. Dan berhiaslah untuk hari berhadapan kepada Allah, lalu ia membaca firman Allah yang artinya : “Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesuatupun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah).” (Al Haqqah : 18).
•Manfaat Muhasabah bagi seorang muslim
1.Ia bagaikan rem atau rambu-rambu bagi kita dalam berjalan di muka bumi ini.
2.Dengan muhasabah diri, seseorang akan tahu tentang aib dirinya sendiri, jika ia tahu akan aibnya maka ia belajar untuk memperbaikinya
3.Dengan Muhasabah pula, kita akan merasakan pengawasan Allah, disamping ia akan menjadikan kita lebih tenang nanti karena di dunia kita telah bermuhasabah diri.
4.Seseorang akan menjadi semakin hina dan semakin faqir di hadapan Allah dengan bermuhasabah pula.
5. Muhasabah diri juga dapat membantu seseorang untuk menyesali kesalahan dan bertaubat atasnya serta bersemangat untuk melakukan hal-hal yang ia tinggalkan dalam upaya perbaikan diri di hadapan Allah.
•Bahaya meninggalkan muhasabah :
Ibnul Qoyyim berkata : “dan hal yang berbahaya baginya yaitu : melalaikan, dan meninggalkan muhasabah diri, memudahkan semua perkara, karena sesungguhnya hal tsb akan membawa kepada kebinasaan. Dan inilah kondisi orang yang takabbur, ia menutup dua matanya dari siksaNya dan berjalan seadanya dan pasrah kepada AmpunanNya, ia lalai bermuhasabah diri… “.
•Macam-Macam Muhasabah Diri :
1. Muhasabah sebelum beramal : yaitu hendaklah seseorang melihat sebuah amalan, apakah amalan tersebut ada kebaikan di dunia dan di akhirat, sehingga ia mengamalkannya. Atau amalan tersebut akan membawa kejelekan di dunia ataupun di akhirat, maka ia akan tinggalkan. Kemudian ia melihat juga, apakah amalan ia karena Allah, atau karena manusia. Jika karena Allah, ia teruskan. Jika karena manusia maka ia tinggalkan.
2. Muhasabah setelah beramal :
•Muhasabah atas ketaatan yang tertinggal. Melihat apakah sholat yang ia lakukan telah sesuai rukun dan syaratnya, apakah puasanya sudah sesuai yang diperintah. Jika belum, maka ia berusaha untuk memperbaikinya pada amalan berikutnya.
•Muhasabah atas amalan yang sebenarnya meninggalkannya lebih baik dari melakukannya, karena ia telah menaati hawa nafsunya. Dalam hal ini ada kaedah yang berasal dari hadits “tinggalkan hal-hal yang meragukanmu kepada hal-hal yang tidak meragukanmu”.
•Bermuhasabah atas perkara mubah dan kebiasaan: kenapa ia mengerjakannya ? apakah karena Allah sehingga ia beruntung, atau karena manusia dan dunia hingga ia akan merugi”.
•beberapa aspek dalam kehidupan kita yang perlu dimuhasabahi, di antaranya :
1.Aspek Internal / hablum minallah
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus”
2. Aspek Eksternal / hablum minannas
•Suatu ketika Rasul bersabda : ‘Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut itu ?". Sahabat menjawab: “Orang yang bangkrut diantara kami adalah orang yang tidak memiliki dirham dan tidak memiliki perhiasan". Tetapi dijawab oleh Rasul dengan sabdanya :
"Orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan (pahala) shalat, puasa dan zakat, namun ia juga datang dengan membawa (dosa), menuduh, mencela, memakan harta orang lain, memukul (mengintimidasi) orang lain. Maka orang-orang tersebut diberikan pahala kebaikan-kebaikan dirinya. Hingga manakala pahala kebaikannya telah habis, sebelum tertunaikan kewajibannya, diambillah dosa-dosa mereka dan dicampakkan pada dirinya, lalu dia pun dicampakkan ke dalam api neraka". (HR. Muslim)
3. Aspek Pencarian Nafkah
"Tidak akan bergerak telapak kaki ibnu Adam pada hari kiamat, hingga ia ditanya tentang 5 perkara; umurnya untuk apa dihabiskannya, masa mudanya kemana dipergunakannya, hartanya darimana ia memperolehnya dan ke mana dibelanjakannya, dan ilmunya sejauh mana pengamalannya.’(HR. Turmudzi)
Share:http://khairunnisakuwait.blogspot.com
Posting Komentar